Terimakasih telah mengunjungi blog saya dan semoga bermanfaat//Thanks for visiting, may be useful .... Please provide comments if necessary

Jumat, 24 Juni 2011

Real Winner

Sejatinya tulisan ini mengapresiasi pemikiran dan jiwa penulisnya
Fikiranku selama ini tak jauh berbeda dengan teman-teman pada umumnya yaitu jika cita cita yang diinginkan tercapai maka hidup akan bahagia. Tapi realita tidak begitu saja berpihak, terkadang malah sebaliknya. Bercita-cita layaknya kita menantang diri, mampukah menyanggupinya. Kata lain dari mengukur kemampuan, namun berproses dan perlu waktu serta kesabaran untuk meraihnya. Dari fenomena yang ada, kebanyakan orang yang sukses tersebut katakanlah Scoichiro Honda dengan kesabaran menguji berkali-kali hasil penelitiannya hingga mengorbankan salah satu tanggannya dan saat ini berhasil menjadi salah satu produk kendaraan ternama di kancah dunia , Thomas Alva Edison yang berhasil menerangi dunia dengan temuannya lampu sampai 1000 kali kegagalan, mereka berusaha keras dan tak mudah mendapatkannya.




Tak beda halnya dengan kita berjuang dengan segenap pengorbanan hingga yang dicita-citakan terwujud. Lalu dengan bangganya menyatakan bahwa kesuksesan itu adalah hasil kerjakeras & jerih payah yang berlarut- larut , tak ada yang perlu dihargai selain kerja keras itu sendiri. Dan mulai muncullah bibit- bibit kearoganan yang dalam bahasa Arabnya adalah Takabur, yang mana sifat itu adalah paling dilarang bagi seorang muslim. Bahkan iblis dikeluarkan dari surga karena sifat ini yaitu membangkang perintah Allah dengan tidak mau sujud kepada manusia karena manusia terbuat dari tanah sedangkan iblis terbuat dari api. Lalu benarkah ini sebuah kemenangan. Seorang yang memperjuangkan cita -citanya sendiri, lantas menganggap manusia lain seperti batu yang diam dan tak bernyawa.

Pemenang sejati, dimana saat tujuan hidupnya tercapai, orang lain juga merasakan manfaat dan kebahagiannya. Bukan sebaliknya malah membuat orang lain terluka dan merasa terpinggirkan. Pemenang sejati tahu kapan saat yang tepat untuk berempati atau mengasingkan diri, kapan saatnya diam atau berbicara, kapan saatnya dipimpin atau bersedia dipimpin. Seorang pemimpin bukanlah pengekor, dan pengekor tidak akan pernah menjadi pemimpin jika jiwa pengekornya sudah mendarah daging dan berkecimuk dalam aliran darah. Dan seorang pemenang sejati adalah seorang yang mampu menjadi pemimpin untuk jiwa, hati, akal dan fikirannya tanpa adanya intimidasi orang lain. Intuisinya berjalan sejalan akal dan fikirannya, bersedia memperbaiki kekeliruannya jika memang bersalah, namun jika pemikiran terbaiknya muncul dan dirasa baik untuk kemaslahatan, tak ada yang dapat mematahkannya meski seribu lawannya menyerbu.
Dengan sedikit mengkritisi fenomena yang terjadi di negeri ini, yang dalam kenyataanya banyak orang yang memang pintar secara intelektual & berhasil menguasai kursi emas dalam kancah politik dan pemerintahan. Kemenangan yang mereka dapatkan tak memberi manfaat bagi rakyat miskin yang benar-benar butuh ulurantangan. Memanfaatkan jabatan secara tidak benar seperti korupsi serta bertindak semena-mena terhadap rakyatnya membiarkan mereka dalam keadaan lapar tanpa tempat yang layak namun fasilitas gedung yang mereka pakai dibangun dengan megah-megah seakan memperlihatkan kearoganan terhadap masyarakat miskin. Sangat ironis padahal dana yang mereka pakai adalah milik masyarakat. Dalam lubuk hati saya rasa masih ada, pemenang sejati yang menduduki kursi emas tersebut dan kini belum terlihat eksistensinya. Dan harapan ini akan terus ada seiring munculnya generasi muda yang memiliki jiwa pemenang sejati, yang sebenarnya mampu mengalahkan kearoganan diri, mampu mengelola hati saat kemenangan itu tiba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar